“We forget that the water cycle and the life cycle are one” – Jacques Y.Cousteau
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari – hari kita. Setidaknya sekitar 71% permukaan bumi dilapisi air dan lautan menampung sekitar 96,5% air yang ada di planet kita ini. Bila ditelisik lebih lanjut, tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 60% – 70% air. Artinya, air merupakan bagian dari diri kita. Akan tetapi, di abad ke 21 ini, kita sedang menghadapi krisis air. Musim penghujan serta banjir yang ekstrem hingga pasokan air yang kian menipis di beberapa negara merupakan dampak dari permasalahan krisis air ini.
Dilansir The Humble Co., pada tahun 2015 Swedia merupakan salah satu negara yang berada di posisi teratas “Most Sustainable Country in the World.” Lalu, bagaimana Swedia menangani isu lingkungan? Kita masih mengingat sosok Greta Thunberg, remaja 17 tahun yang menjadi aktivis lingkungan, menyuarakan terkait isu perubahan iklim. Thunberg merupakan representasi anak – anak di Swedia. Kepedulian terhadap lingkungan sudah menjadi bagian dari kurikulum sekolah di Swedia. Sekolah – sekolah di Swedia ini telah tersertifikasi oleh eco – school green flag certification atas usahanya untuk mengimplementasikan edukasi untuk pengembangan berkelanjutan atau education for sustainable development (ESD). Tujuannya agar para siswa mendapat akses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai – nilai yang diperlukan agar dapat aktif mengambil bagian dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.
Anak – Anak dan Lingkungan
Dalam pengembangannya, Swedia telah menerapkan hal – hal kecil yang dapat dilakukan oleh para siswanya demi menjaga lingkungan, seperti:
Penulis : Adinda Neonatasha